Pernahkah kalian dipuji oleh teman atau bahkan orang lain atas keberhasilan
yang kita lakukan? Tentunya semua orang pasti sudah merasakan atau bahkan
sering dipuji oleh orang lain.
Ketika kita dipuji, seringkali kitta melontarkan ungkapan-ungkapan,
misalnya, "Siapa dulu dong yang buatnya, kalau bukan aku mana bisa ini
berhasil" atau "Kalau bukan saya mana mungkin semua bisa
terlaksana!", kalimat-kalimat tesebut menandakan adanya bibit-bibit kesombongan
dalam diri yang mengucapkannya (wah bahaya tuh).
Kita sebagai manusia tidak sepantasnya berlaku sombong. Allah mengharamkan
sikap sombong (merasa lebih dari orang lain, menganggap yang lain lebih rendah,
dan menampakkannya), ataupun ujub/angkuh (bangga terhadap diri sendiri tanpa
memperlihatkannya).
Kesombongan tak boleh hadir dalam diri kita. karena berdasarkan sabda
Rasulullah, orang yang memiliki kesombongan dalam hatinya meski sebesar biji
sawi, ia tidak akan masuk surga. Jadi, bagaimana menepis kesombongan agar tidak
merasuki hati kita?.
Berikut beberapa tips yng bisa kita lakukan:
1. Senantiasa mengingat dan menanamkan keyakinan bahwa sombong dan ujub itu
dosa. Bukan orang lain yang merasakan adzabnya dari Allah mlainkan diri
sendiri.
2. Yakinlah, kesombongan tidak akan menambah apa pun selain kerugian. Tidak
ada kan, orang yang suka pada orang yang angkuh dan sombong?. Sebenarnya,
seseorang yang sombong juga tidak suka bila ada orang lain berlaku sombong di
depannya. Dia pun akan mengatakan "sombong amat" padahal pada
saat yang sama ia tidak sadar kalau dirinya juga menunjukan sikap sombong. Mengapa ia tidak katakan pada
dirinya sendiri, “sombong amat kau!”.
3. Sering-seringlah mengingat kelemahan diri sendiri di setiap kesempatan,
misalnya saat santai, istirahat, bengong di kendaraan, sejenak menjelang tidur,
atau kapan saja. Cobalah memikirkan kelemahan kita dibandingkan dengan orang
lain. Dengan mengetahui kelemahan,
insyaAllah akan muncul sikap rendah hati ( Tawadlu’). Sebaliknya, tanpa
mengetahui kelemahan, seseorang akan merasa dirinyalah yang paling
segala-galanya. Orang sunda menyebutnya ‘ asa aing pangdadalina! ‘(merasa
dirinya paling gagah laksana burung garuda). Hal ini tidak berarti tidak boleh
mengetahui kelebihan diri sendiri. Memahami potensi dan keunggulan diri sendiri
amatlah penting. Namun mengetahui keunggulan diri sendiri tersebut jagan sampai
melahirkan sikap menganggap rendah orang lain.
4. Jangan menolak kebenaran dari mana pun datangnya. Misalnya dari orang
yang lebih muda, atau lebih junior dari kita. Memelihara sifat sombong berarti
membangun benteng penghalang datangnya kebenaran. Dengan adanya sombong,
seseorang cenderung menolak kebeneran sekalipun telah jelas di depan mata. Padahal,
menolak kebenaran berarti mengunci gerbang perubahan ke arah kebaikaan yaang
bermuara kepada kebahagiaan. Jika demikian, kebahagiaan dunia dan aakhirat,
hanyalah sebuah angan-angan hampa.
5. Banyak-banyaklah mengingat kematiaan. Kematian akan menjemput siapa saja
tanpa kita tahu kapan waktunya. Orang mati tak akan bisa berbuat apa-apa lagi,
meski sekedar menggerakan jari tangannya. Kelebihan aapa pun tidak berarti
apa-apa saat itu. Semuanya serba kecil di hadapaan Allah Rabbul’alamin. Bila
seperti ini realitasnya, apa lagi alasan untuk menyombongkan diri?
6. Setiap kali muncul keinginan untuk sombong atau membanggaakan diri,
segeralah mohon ampunan kepada Allaah Dzat pembolak-balik hati. Berlindunglah
dari kesombongan, dan berdo’alah kepada Allah! Mudah-mudahan Allah mengabulkan.
Nah, mulai saat ini benih-benih kesombongan tidak boleh ada dalam diri kita!
Oke?.
Semoga tulisan ini bermanfaat untuk para pembaca sekalian. Syukron Jiddan
Sumber Pustaka:
Anonim. 2010. "Tips Menepis Kesombongan". Sukoharjo: Elfata Edisi IV Vol. 10.
Sumber Pustaka:
Anonim. 2010. "Tips Menepis Kesombongan". Sukoharjo: Elfata Edisi IV Vol. 10.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Selamat Datang di ENote Sahabat . . The Eco