Jumat, 04 Desember 2015

Renungan Part 2


            Perang tabuk memiliki ciri tersendiri, di mana kaum munafik memiliki peran aktif dan kuat sehingga berhasil mempengaruhi kaum mukminin yang ikhlas kepada agamanya karena daya tahan manusia dan daya tariknya untuk bersenang-senang kuat sekali, dank arena setan dan tubuh anak Adam mengalir menyelusuri aliran darah dan uratnya.
            Rasullulah Saw. Kembali dari perang itu menemui orang-orang yang memang tidak punya alasan kuat untuk tidak ikut berperang. Mereka wajib di hokum, generasi itu wajib di didik sesuai dengan berat tugas yang di bebeankan kepada mereka.
            Mereka adalah ummatan wasathan ‘umat pertengahan’ yang di beri tugas menjadi saksi bagi segenap umat manusia dan bahkan di beri gelar “umat terbaik, di keluarkan bagi umat manusia seluruhnya”.
Mengapa ? Karena beban berat yang hendak di pikulnya di pundak mereka adalah menyandang Kitab Allah, menuntun umat manusia, menyebarkan dan memasyarakatkan agama Islam di seluruh jagad raya ini. sudah tentu tugas ini tidak mudah, malah ia memerlukan penanganan dan perjuangan orang yang telah tergembleng.
            Anda lihat peristiwa tersebut sebagai fakta kehidupan kaum muslimin di Madinah dahulu, suatu umat yang kompak bersatu dalam menilai sesuatu, patuh dan konsekuen terhadap perintah pemimpinnya. Mereka serentak dan seragam melakukan unjuk rasa terhadap orang-orang yang absen dalam peperangan tanpa uzur, baik keluarga, handai taulan, sanak saudara, bahkan masyarakat umum, sehingga orang yang berdosa itu hidup di tengah-tengah masyarakat bagaikan orang yang terhina. Masyarakat tidak bisa menerima mereka dan mereka tidak bisa larut dalam masyarakat sehingga mereka lulus dari penggemblengan dan ujian berat dengan ikhlas, barulah Allah berkenan menerima taubat mereka. Begitu pula Rasullulah Saw. Dan segenap kaum muslimin bersedia melupakan kejadian itu dan menjadikannnya sebagai teladan untuk tidak untuk di ulangi kembali.kaum muslimin pun menganggap peristiwa tersebut sebagai karunia Allah Ta’ala dan kemurahan Rasullulah Saw., di mana pintu taubat di bentangkan lebar-lebar bagi orang yang dengan jujur mengakui kesalahannya dan kembali kepada-Nya.

(ditulis ulang dari buku Dr. ABDURRAHMAN UMAIRAH)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selamat Datang di ENote Sahabat . . The Eco