Perang tabuk
memiliki ciri tersendiri, di mana kaum munafik memiliki peran aktif dan kuat
sehingga berhasil mempengaruhi kaum mukminin yang ikhlas kepada agamanya karena
daya tahan manusia dan daya tariknya untuk bersenang-senang kuat sekali, dank
arena setan dan tubuh anak Adam mengalir menyelusuri aliran darah dan uratnya.
Rasullulah Saw. Kembali
dari perang itu menemui orang-orang yang memang tidak punya alasan kuat untuk
tidak ikut berperang. Mereka wajib di hokum, generasi itu wajib di didik sesuai
dengan berat tugas yang di bebeankan kepada mereka.
Mereka adalah ummatan
wasathan ‘umat pertengahan’ yang di beri tugas menjadi saksi bagi segenap
umat manusia dan bahkan di beri gelar “umat terbaik, di keluarkan bagi umat
manusia seluruhnya”.
Mengapa ? Karena beban berat yang hendak di pikulnya di pundak
mereka adalah menyandang Kitab Allah, menuntun umat manusia, menyebarkan dan
memasyarakatkan agama Islam di seluruh jagad raya ini. sudah tentu tugas ini
tidak mudah, malah ia memerlukan penanganan dan perjuangan orang yang telah
tergembleng.
Anda lihat
peristiwa tersebut sebagai fakta kehidupan kaum muslimin di Madinah dahulu,
suatu umat yang kompak bersatu dalam menilai sesuatu, patuh dan konsekuen
terhadap perintah pemimpinnya. Mereka serentak dan seragam melakukan unjuk rasa
terhadap orang-orang yang absen dalam peperangan tanpa uzur, baik keluarga,
handai taulan, sanak saudara, bahkan masyarakat umum, sehingga orang yang
berdosa itu hidup di tengah-tengah masyarakat bagaikan orang yang terhina. Masyarakat
tidak bisa menerima mereka dan mereka tidak bisa larut dalam masyarakat
sehingga mereka lulus dari penggemblengan dan ujian berat dengan ikhlas,
barulah Allah berkenan menerima taubat mereka. Begitu pula Rasullulah Saw. Dan segenap
kaum muslimin bersedia melupakan kejadian itu dan menjadikannnya sebagai
teladan untuk tidak untuk di ulangi kembali.kaum muslimin pun menganggap
peristiwa tersebut sebagai karunia Allah Ta’ala dan kemurahan Rasullulah Saw.,
di mana pintu taubat di bentangkan lebar-lebar bagi orang yang dengan jujur
mengakui kesalahannya dan kembali kepada-Nya.
(ditulis ulang dari buku Dr. ABDURRAHMAN UMAIRAH)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Selamat Datang di ENote Sahabat . . The Eco