Saat itu, tidak ada yang meragukan kekuatan jumlah pasukan
Thulaihah bin Khuwailid Al Asadi, yang memiliki 1000 tentara berkuda.
Namun, ketika mereka berhadapan dengan pasukan Muslim, kekuatan itu
seperti tidak ada gunanya, mereka dihancurkan tanpa ampun. Thulaihah
Akhirnya mencari tahu penyebab kekalahan pasukannya,”Celakalah kalian!
Apa yang menyebabkan kalian kalah?!”
Salah satu diantara prajuritnya pun menyatakan,”Saya akan memberi
tahu anda penyebab kekalahan kami. Sesungguhnya tidak ada diantara kita
seorang prajurit, kecuali ia menginginkan temannya mati terlebih dahulu
darinya. Sedangkan kita berhadapan dengan satu kaum yang semuanya ingin
mati sebelum teman-temannya!” (Hayat As Shahabah, 4/642)
Kisah di atas menggambarkan betapa dahsyatnya kekuatan persaudaraan yang mampu membentuk prilaku itsar,
hingga dalam masalah nyawa sekalipun! Disamping mempersolid kekuatan
Muslim sifat ini juga menumbuhkan tingginya semangat untuk berkorban.
Dengan berbekal kelebihan itu, para sahabat mampu mengalahkan kekuatan
senjata sekaligus banyaknya prajurit musuh. Makna Itsar sendiri,
adalah pengutamaan terhadap hajat orang lain daripada hajat diri
sendiri dikala membutuhkannya. (Tafsir Ibnu Kastir, hal. 1852)
Ketinggian sifat itsar para salaf bisa mencapai pada tahapan
di atas karena, sifat ini sudah menjadi karakter dalam kehidupan
mereka. Hal ini tergambar dari beberapa kasus prilaku itsar
mereka dalam beberapa peristiwa. Dalam Shahih Al Bukhari disebutkan,
bahwa suatu saat seorang laki-laki yang mengaku sedang mengalami
kesusahan datang kepada Rasulullah, sedangkan di rumah beliau sendiri
tidak ada apa-apa yang bisa diberikan. Lalu Rasulullah menawarkan kepada
para sahabat, siapa yang bersedia untuk memberi pelayanan kepada
laki-laki tersebut. Akhirnya ada seorang laki-laki Anshar yang bernama
Abu Thalhah menerima tawaran tersebut. Padahal saat itu di rumah
kaluarga Abu Thalhah tidak ada persediaan makanan kecuali untuk
anak-anak mereka. Akhirnya anak-anak mereka ditidurkan tanpa makan malam
sedangkan ia dan istri juga tidak makan malam itu, lantas semua
makanan disajikan untuk tamu Rasulullah tersebut. Keesokan harinya,
Rasulullah bersabda,”Allah takjub terhadap si fulan dan fulanah”. Hingga
turunlah firman Allah yang artinya,”…dan mereka melakukan itsar atas diri mereka, walau ada pada mereka kesusahan…” (Al Hasyr [59]: 9)
Kisah itsar para salaf juga ditemuai di saat perang Yarmuk
terjadi. Kala itu, Ikrimah dan bebarapa sahabat beliau terluka parah dan
dalam keadaan kritis. Namun, ketika disodorkan air, beliau malah
menolak, dan menyarankan agar air itu diberikan kepada orang lain.
Padahal beliau dalam keadaan luka berat dan amat membutuhkan air.
Demikian pula ketika air itu disodorkan kepada sahabat lainnya, air itu
ditolaknya. Hingga sampai orang ke tiga, Ikrimah sudah wafat, kemudian
disusul orang ke dua, hingga orang ketiga. Semuanya tidak ada yang
meminum air tersebut, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Al Bukhari.
(lihat, Tafsir Ibnu Kastir, hal. 1852)
Ibnu Umar dalam sebuah periwayatan menyampaikan bahwa beliau mengirim
kepala kambing untuk sahabat Rasulullah, namun sahabat tersebut malah
menyarankan agar kepala kambing tersebut diberikan kepada sahabat
lainnya. Demikian pula sahabat yang kedua, menyarankan agar kepala
kambing tersebut diberikan kepada sahabat lainnya, hingga sampai kepada
sahabat yang ke tujuh, ia meminta agar kepala kambing itu diberikan
kepada sahabat yang pertama. (Al Ihya, 5/954)
Di kalangan salaf juga ada dua orang yang terkenal persahabatnnya,
yakni Masruq dan Khaitsamah. Kedua-duanya memang sedang terlilit
hutang, namun keduanya lebih mengutamakan untuk membayar hutang
sahabatnya. Masruq secara diam-diam melunasi Khaitsaman dan Khaitsamah
juga melunasi hutang Masruq, tanpa sepengetahuannya. (Al Ihya, 5/954)
Demikianlah hasil tarbiyah yang dilakukan oleh Rasulullah.
Masing-masing berlomba-lomba untuk mencintai saudaranya. Masing-masing
berusaha untuk menjadi orang yang paling perhatian terhadap sahabatnya.
Karena dengan melakukan hal itu, mereka menjadi orang yang dicintai
Allah. Sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah,”Tidak saling mencintai
antara dua sahabat karena Allah, kecuali Allah paling mencintai siapa
yang paling mencintai saudaranya.” (Riwayat Al Hakim, beliau
menyatakan,”Isnadnya Shahih)
Sifat itsar, tidak hanya menjadikan generasi awal, sebagai
generasi yang tangguh dan ditakuti oleh musuh tapi di akhirat pelakunya
juga memperoleh balasan dari Allah sebagai pribadi yang dicintai Allah
Ta’ala.
Varian Hubungan Persahabatan
Sifat itsar tidak timbul tanpa sebab. Ia tumbuh disebabkan
persahabatan yang didasari cinta karena Allah. Imam Al Ghazali
menggambarkan persahabatn semacam ini sebagai jenis kecintaan kepada
seseorang, bukan karena pribadi orang tersebut, tapi karena ingin
memperoleh keridhaan Allah.
Sedangkan, mencintai seseorang karena kecintaan kepadanya
menghantarkan kepada kecintaannya kepada perkara duniawi tidak termasuk
kecintaan yang didasari karena mencari keridhaan Allah. Kecintaan
seperti ini mirip kecintaan seseorang terhadap uang. Seseorang cinta
uang bukan karena bendanya, tapi karena dengan uang ia bisa memperoleh
apa yang ia cintai.
Demikian pula kecintaan kepada teman, ada yang mencintai teman karena
ingin memperoleh keuntungan dari hubungan pertemanan itu. Bahkan pada
keuntungan inilah ia tambatkan kecintaannya yang hakiki. Tidak heran,
ada orang yang menjalin pertemanan untuk membangun jaringan bisnis atau
memperkuat posisi politis. Ada pula pihak yang menjalin pertemanan dan
mengumpulkan teman sebanyak-banyaknya untuk mendukung popularitas.
Memang tidak ada larangan dalam hal itu, kacuali jika ada pelanggaran
syar’i dalamnya, namun posisi pertemanan ini tidak akan melahirkan sifat
itsar dan pengorbanan.
Biasanya, pertemanan jenis ini akan langgeng selama kepentingannya
ada. Jika tujuan utama persahabatan tidak bisa diraih, maka persahabatan
akan berakhir, karena dipandang tidak ada manfaat yang diperoleh.
Bahkan terkadang pertemanan seperti ini berlanjut kapada hal-hal
dilarang dalam syariat. Sekelompok manusia bisa suatu saat terlihat
kompak dan solid, namun setelah waktu berlalu mereka berpisah, mereka
saling hantam dan salin jegal. Bahkan sering pula dijumpai dalam satu team
sekalipun terjadi saling sikut dan saling curiga karena masing-masing
memiliki kepentingan sendiri yang ingin diraih dari perkumpulannya
tersebut. Tentu, persahabatan yang seperti itu tidak akan membawa
kemenangan bagi umat, dan tidak pula memperoleh keridhaan dari Allah
Ta’ala. Bahkan bisa menimbulkan sifat egois yang pribadinya berpeluang
untuk mudah diadu domba oleh musuh.*
Rep: Sholah Salim
Editor: Thoriq
Sumber :
Hidayatullah.(2015, 29 Oktober).inilah tipe-tipe persahabatan, dimana posisi Anda?. Diperoleh pada tanggal 06 Desember 2015 dari http://www.hidayatullah.com/kajian/gaya-hidup-muslim/read/2015/10/29/82245/inilah-tipe-tipe-persahabatan-di-mana-posisi-anda.html
kisah2 persahabatan yang bisa di jadikan tauladan kita di masa sekarang . .
BalasHapus