Peranan
“penerangan” besar sekali dalam kehidupan Negara dan bangsa karena merupakan
gambar hidup dari bangsa dan Negara itu, baik keluar maupun ke dalam. Kalau
Negara itu memiliki ideology, ia ingin ideologinya itu tersebar luas dan
diketahui umum.
Penerangan, terutama dalam zaman
dewasa kita ini, tidak hanya dimiliki oleh Negara dan daerahnya saja, bahkan
meliputi juga kehidupan pribadi, ideology, lembaga swasta, dan lain-lain.
Sarana penerangan itu pun berbeda-beda dari zaman ke zaman, dari satu negri
kenegri lain, bergantung pada sarana memahami hajat pribadi dan kebutuhan
masyarakat umum, seperti juga peran penerangan itu sukses dan berhasil bila
dikelola dengan baik.
Pada masa permulaan, Islam tidak
pernah mengabaikan penerangan dan sarananya. Rasullulah saw. Memusatkan
perhatiannya dan membina para dainya dalam upaya penyebaran Islam di Jazirah
Arab dan bahkan melampaui batas negaranya ke luar negri, menyampaikan dakwah
Islam kepada seluruh bangsa di dunia.
Dengan mempelajari sejarah hidup
Rasullulah saw., tahulah kita bahwa peran penerangan tidak pernah
dikesampingkan sedikit pun dalam dakwahnyaitu dan tidak pula ragu-ragu
mengirimkan perutusan, delegasi, penerangan tentang prinsip-prinsip dasr Islam,
hingga akhir hayatnya.
Rasullulah saw. Mengirimkan delegasi
Syuja’bin Wahbin kepada kisra (Raja Parsi), mengirimkan delegasi Dahbah Ibnu
Khalifah kepada Heraklius (Kaisar Byzantium), mengirimkan delegasi kepada
al-Mundzir Ibnul-Harist bin Abi syamr al-Ghassani (penguasa Damsyiq), sebagaimana
juga beliau mengirimkan delegasi Hatbib bin Abi Balta’ah kepada Mauqauqis
(penguasa Iskandariah (Mesir)).
Masing-masing perutusan pergi
membawa tugas penyebaran dasar-dasar ajaran Islam. Mereka kuasai tugasnya
dengan baik, mereka memiliki syarat-syarat sebagai dai, sehingga berhasil
gemilang dalam menunaikan tugas dakwahnya itu, baik dalam memberikan kepuasan
hati kepada para penguasa ataupun kepada para pengikutnya.
Dalam hal ini, peran penerangan
melalui syair tidak kurang pentingnya bagi kabilah-kabilah Arab, yang
mengadakan kontes para penyair dan juru pidato di Suq Ukkazh, dimana keahlian
mereka di pertandingkan tiap tahun. Sesudah Islam datang, penerangan melalui
syair itu pun masih terus berlanjut dan memiliki pengaruh yang kuat juga.
Muhammad bin sirin menyatakan,”Para
penyair Islam ialah: Hassan bin Tsabit, Abdullah bin Ruwahah, dan Ka’ab bin Malik.
Adapun syair-syair Ka’ab lebihmengutamakan menakut-nakuti musuh akan akibat
peperangan, Abdullah bin Ruwahah menghina kekafiran mereka, dan syair-syair Hassan
lebih menitikberatkan soal nasab.
Kini, bagaimana peran komunikasi
penerangan di Negara-negara Islam (artinya, sarana penerangan yang keluar atau
dipancarkan dari Negara-negara kaum muslimin, yang di biayai kas Negara mereka)?
Kalau kita mengikuti dengan cermat
sarana penerangan itu, baik mass media cetak dan elektronik, dapatlah dirasakan
dengan mudah kedalaman permusuhan pengelola sarana komunikasi penerangan itu
kepada Islam? Mengapa mereka memusuhi Islam ataupun ajarannya ? Apa yang membuat mereka marah atau tidak senang kepada Islam
atau ajarannya ?
Jawaban pertanyaan itu di teropong
dari batin orang-orang yang di bebani tugas mengelola sarana komunikasi
penerangan itu. Mungkin alasannya bisa di terima karena sebagian besar mereka
diasuh di “meja makan” barat atau timur, jauh dari hidayah islam atau
cahayanya, dan bergelimang dalam paham orang-orang kafir yang hina. Kesimpulannya,
mereka mendapat pelajaran dan pendidikan dari para instruktur Yahudi, yang
merencanakan akan menghancurkan dunia melalui penghancuran budi pekerti
penghuninya, hingga tercapai impian lama mereka, yaitu mendirikan kerajaan
dunia di atas puing-puing Negara bukan Yahudi yang akhlaknya sudah berhasil
mereka hancurkan.
Di abad XXI ini, kita dapat
mengamati angkara murkanya pikiran asing, adat istiadat asing, yang menyusup
masuk ke dalam batin kita, bahkan sudah menguasai metode pendidikan dan
pengajaran kita, juga program pembangunan Negara kita.
Kita tidak usah mengimpor paham dan
aliran itu karena ia datang di bawa oleh penasihat ahli dan anak-anak kita yang
kembali dari luar negri, kemudian ia bekerja secara otomatis melalap dengan
lahap semua sisa kebudayaan dan ahlak umat kita yang masih ada, seperti api
membakar alang-alang. Ia memasuki semua pintu rumah dan menggerakkan semua
penghuninya sesuai apa yang diinginkan kecuali mereka yang masih dilindungi dan
diselamatkan oleh Allah ta’ala.
Seharusnya, penerangan di Negara-negara
kita bertolak dari pengarahan dan dasar-dasar ajaran Islam, untuk mendidik
generasi kita menjungjung tinggi budi pekerti yang luhur dan membina anak-anak
kita mentauhidkan Allah, mengenali-Nya, dan bekerja demi mendapatkan
keridhaan-Nya.
Bagaimana komunikasi penerangan kita
keluar tentang Islam dan keislaman ?
Sebenarnya, perhatian keluar tidak
jauh berbeda dengan sikapnya kedalam, hampir tidak ada dan bersuara, yang patut
dijauhkan dan tidak boleh didekati. Begitulah sikap penerangan kita terhadap
agamanya, sementara agama-agama yang dipertuan memanfaatkan media cetak dan
elektroniknya untuk mempropagandakan agama Kristen dan mengajak orang untuk
menganut agama itu.
Kalau semua Negara Masehi melakukan
kegiatan itu, terutama Amerika serikat, Negara yahudi tidak kurang semangat dan
fanatiknya terhadap agama-Nya. Di Tel Aviv terdapat sebuah pemancar khusus yang
menyiarkan siaran dalam bahasa Ibrani untuk membiasakan telinga orang
mendengarkan bahasa Perjanjian Lama, mendengarkan suara mendirikan Haikal
Sulaiman dan menguasai bumi yang di janjikan Yahwe (Tuhan) dari Lembah Sungai
Nil hingga Sungai Euphrates, yang menjadikan Negara Palestina merupakan bagian
kecil dalam Negara itu kelak.
Kapan kita bisa menikmati pemancar Negara-negara
Islam yang menyuarakan suara agama dan mengumandangkan dasar-dasar ajarannya,
membela kepentingannya keseluruh penjuru bumi yang bisa di capai oleh pemancar
radio, TV, dan sebagainya, yang menyuarakan suara dai dan dakwahnya ?
Kalau usaha itu dilakukan, pasti
banyak orang yang menyambut suara kebenaran itu dan masuk kedalam agama Allah
beramai-ramai dan berbondong-bondong.
Apakah kita di abad XXI ini tidak
mampu melakukan dakwah seperti itu padahal kita memiliki berbagai sarana
komunikasi canggih dalam bidang persuratkabaran, radio, TV, dan Laim-lain,
seperti yang dilakukan Tsabit bin Qais?
Tidak! Sebenarnya kaum muslimin
masih baik dan utuh. Apabila gelap gulita sedang meliputi seluruh dunia,
nantikanlah fajar akan segera menyingsing.
di ambil dari buku Dr. Abdurrahman Umairah _ Tokoh-Tokoh yang di Abadikan Al-Qur'an.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Selamat Datang di ENote Sahabat . . The Eco