Selasa, 01 Desember 2015

Renungan Part 1


          Peranan “penerangan” besar sekali dalam kehidupan Negara dan bangsa karena merupakan gambar hidup dari bangsa dan Negara itu, baik keluar maupun ke dalam. Kalau Negara itu memiliki ideology, ia ingin ideologinya itu tersebar luas dan diketahui umum.
            Penerangan, terutama dalam zaman dewasa kita ini, tidak hanya dimiliki oleh Negara dan daerahnya saja, bahkan meliputi juga kehidupan pribadi, ideology, lembaga swasta, dan lain-lain. Sarana penerangan itu pun berbeda-beda dari zaman ke zaman, dari satu negri kenegri lain, bergantung pada sarana memahami hajat pribadi dan kebutuhan masyarakat umum, seperti juga peran penerangan itu sukses dan berhasil bila dikelola dengan baik.
            Pada masa permulaan, Islam tidak pernah mengabaikan penerangan dan sarananya. Rasullulah saw. Memusatkan perhatiannya dan membina para dainya dalam upaya penyebaran Islam di Jazirah Arab dan bahkan melampaui batas negaranya ke luar negri, menyampaikan dakwah Islam kepada seluruh bangsa di dunia.
            Dengan mempelajari sejarah hidup Rasullulah saw., tahulah kita bahwa peran penerangan tidak pernah dikesampingkan sedikit pun dalam dakwahnyaitu dan tidak pula ragu-ragu mengirimkan perutusan, delegasi, penerangan tentang prinsip-prinsip dasr Islam, hingga akhir hayatnya.
            Rasullulah saw. Mengirimkan delegasi Syuja’bin Wahbin kepada kisra (Raja Parsi), mengirimkan delegasi Dahbah Ibnu Khalifah kepada Heraklius (Kaisar Byzantium), mengirimkan delegasi kepada al-Mundzir Ibnul-Harist bin Abi syamr al-Ghassani (penguasa Damsyiq), sebagaimana juga beliau mengirimkan delegasi Hatbib bin Abi Balta’ah kepada Mauqauqis (penguasa Iskandariah (Mesir)).

            Masing-masing perutusan pergi membawa tugas penyebaran dasar-dasar ajaran Islam. Mereka kuasai tugasnya dengan baik, mereka memiliki syarat-syarat sebagai dai, sehingga berhasil gemilang dalam menunaikan tugas dakwahnya itu, baik dalam memberikan kepuasan hati kepada para penguasa ataupun kepada para pengikutnya.
            Dalam hal ini, peran penerangan melalui syair tidak kurang pentingnya bagi kabilah-kabilah Arab, yang mengadakan kontes para penyair dan juru pidato di Suq Ukkazh, dimana keahlian mereka di pertandingkan tiap tahun. Sesudah Islam datang, penerangan melalui syair itu pun masih terus berlanjut dan memiliki pengaruh yang kuat juga.
            Muhammad bin sirin menyatakan,”Para penyair Islam ialah: Hassan bin Tsabit, Abdullah bin Ruwahah, dan Ka’ab bin Malik. Adapun syair-syair Ka’ab lebihmengutamakan menakut-nakuti musuh akan akibat peperangan, Abdullah bin Ruwahah menghina kekafiran mereka, dan syair-syair Hassan lebih menitikberatkan soal nasab.
            Kini, bagaimana peran komunikasi penerangan di Negara-negara Islam (artinya, sarana penerangan yang keluar atau dipancarkan dari Negara-negara kaum muslimin, yang di biayai kas Negara mereka)?
            Kalau kita mengikuti dengan cermat sarana penerangan itu, baik mass media cetak dan elektronik, dapatlah dirasakan dengan mudah kedalaman permusuhan pengelola sarana komunikasi penerangan itu kepada Islam? Mengapa mereka memusuhi Islam ataupun ajarannya ?  Apa yang membuat  mereka marah atau tidak senang kepada Islam atau ajarannya ?
            Jawaban pertanyaan itu di teropong dari batin orang-orang yang di bebani tugas mengelola sarana komunikasi penerangan itu. Mungkin alasannya bisa di terima karena sebagian besar mereka diasuh di “meja makan” barat atau timur, jauh dari hidayah islam atau cahayanya, dan bergelimang dalam paham orang-orang kafir yang hina. Kesimpulannya, mereka mendapat pelajaran dan pendidikan dari para instruktur Yahudi, yang merencanakan akan menghancurkan dunia melalui penghancuran budi pekerti penghuninya, hingga tercapai impian lama mereka, yaitu mendirikan kerajaan dunia di atas puing-puing Negara bukan Yahudi yang akhlaknya sudah berhasil mereka hancurkan.

            Di abad XXI ini, kita dapat mengamati angkara murkanya pikiran asing, adat istiadat asing, yang menyusup masuk ke dalam batin kita, bahkan sudah menguasai metode pendidikan dan pengajaran kita, juga program pembangunan Negara kita.
            Kita tidak usah mengimpor paham dan aliran itu karena ia datang di bawa oleh penasihat ahli dan anak-anak kita yang kembali dari luar negri, kemudian ia bekerja secara otomatis melalap dengan lahap semua sisa kebudayaan dan ahlak umat kita yang masih ada, seperti api membakar alang-alang. Ia memasuki semua pintu rumah dan menggerakkan semua penghuninya sesuai apa yang diinginkan kecuali mereka yang masih dilindungi dan diselamatkan oleh Allah ta’ala.
            Seharusnya, penerangan di Negara-negara kita bertolak dari pengarahan dan dasar-dasar ajaran Islam, untuk mendidik generasi kita menjungjung tinggi budi pekerti yang luhur dan membina anak-anak kita mentauhidkan Allah, mengenali-Nya, dan bekerja demi mendapatkan keridhaan-Nya.
            Bagaimana komunikasi penerangan kita keluar tentang Islam dan keislaman ?
            Sebenarnya, perhatian keluar tidak jauh berbeda dengan sikapnya kedalam, hampir tidak ada dan bersuara, yang patut dijauhkan dan tidak boleh didekati. Begitulah sikap penerangan kita terhadap agamanya, sementara agama-agama yang dipertuan memanfaatkan media cetak dan elektroniknya untuk mempropagandakan agama Kristen dan mengajak orang untuk menganut agama itu.
            Kalau semua Negara Masehi melakukan kegiatan itu, terutama Amerika serikat, Negara yahudi tidak kurang semangat dan fanatiknya terhadap agama-Nya. Di Tel Aviv terdapat sebuah pemancar khusus yang menyiarkan siaran dalam bahasa Ibrani untuk membiasakan telinga orang mendengarkan bahasa Perjanjian Lama, mendengarkan suara mendirikan Haikal Sulaiman dan menguasai bumi yang di janjikan Yahwe (Tuhan) dari Lembah Sungai Nil hingga Sungai Euphrates, yang menjadikan Negara Palestina merupakan bagian kecil dalam Negara itu kelak.
            Kapan kita bisa menikmati pemancar Negara-negara Islam yang menyuarakan suara agama dan mengumandangkan dasar-dasar ajarannya, membela kepentingannya keseluruh penjuru bumi yang bisa di capai oleh pemancar radio, TV, dan sebagainya, yang menyuarakan suara dai dan dakwahnya ?
            Kalau usaha itu dilakukan, pasti banyak orang yang menyambut suara kebenaran itu dan masuk kedalam agama Allah beramai-ramai dan berbondong-bondong.
            Apakah kita di abad XXI ini tidak mampu melakukan dakwah seperti itu padahal kita memiliki berbagai sarana komunikasi canggih dalam bidang persuratkabaran, radio, TV, dan Laim-lain, seperti yang dilakukan Tsabit bin Qais?

            Tidak! Sebenarnya kaum muslimin masih baik dan utuh. Apabila gelap gulita sedang meliputi seluruh dunia, nantikanlah fajar akan segera menyingsing.


di ambil dari buku Dr. Abdurrahman Umairah _ Tokoh-Tokoh yang di Abadikan Al-Qur'an.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selamat Datang di ENote Sahabat . . The Eco